PENALARAN
A.
Tujuan Pembelajaran
Dalam bab ini dijelaskan hakikat penalaran dalam karangan, menjelaskan fungsi penalaran dalam karangan, jenis-jenis penalaran, dan salah nalar. Jadi tujuan bab ini adalah agar para mahasiswa dapat bernalar dengan baik dalam penyusunan karya ilmiah yang mereka tulis.
B.
Pengertian Penalaran
Penalaran
yaitu proses berpikir untuk menafsirkan fakta sebagai dasar untuk menarik suatu
simpulan yang dapat diterima akal sehat
C.
Argumentasi
Argumentasi
merupakan dasar yang palin fundamental dalam ilmu pengetahuan. Argumentasi
adalah usaha mengajukan bukti-bukti atau menentukan kemungkinan-kemungkinan
untuk sikap atau pendapat suatu hal.
D.
Proses penalaran
Penalaran
merupakan proses penyimpulan yang didasarkan atas sejumlah proposisi yang
diketahui dan dianggap benar dan sehingga diperoleh proposisi baru yang
sebelumnya tidak diketahui. Dalam prosesnya penalaran dibedakan menjadi
penalaran induktif dan penalaran deduktif.
E.
Proposisi
proposisi adalah pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahannya yang terkandung didalamnya.
.
Contoh proposisi:
(1)
Semua makluk hidup akan mati.
(2) Kota Purwokerto dibom atom pada
Perang Dunia II
Kedua
kalimat merupaka proposisi. Kalimat (1) dapat dibuktikan kebenarannya, dan
kalimat (2) ditolak karena tidak mengandung kebenaran. Jadi, proposisi selalu
berbentuk kalimat, tetapi tidak semua kalimat adalah proposisi.
F.
Penalaran Induktif
Penalaran
induktif adalah proses yang berpikir bertolak dari satu atau sejumlah fenomena
individual untuk menurunkan suatu kesimpulan (inferensi). Penalaran induktif
mungkin berupa generalisasi, analogi induktif, atau hubungan klausal.
Penalaran
induktif lebih bersifat empiris dan mengembangkan paham yang disebut empirisme,
yaitu pengalam yang dipakai sebagai dasar kebenaran.
1.
Generalisasi
Generalisasi
adalah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena sejumlah fenomena
individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum dan mencakup
semua fenomena tadi. Generalisasi dapat berbentuk loncatan induktif dan yang bukan
loncatan induktif
a) Loncatan Induktif
Generalisasi
yang bersifat loncatan induktif tetap bertolak dari beberapa fakta, namun fakta
ayang digunakan belum mencermikan semua fenomena yang ada. Generalisasi ini
mudah ditolak kalau terdapat evidensi-evidensi yanag bertentanagan. Seperti
contoh berikut ini:
(1) Semua laki-laki mata keranjanag.
Pernyataan
diatas mengandung kelemahan-kelemahan, karena belum mencermikan semua fenomena
yang ada. Oleh karena itu generalisasi tersebut mudah ditolak.
b) Tanpa
Loncatan Induktif
Sebuah
generalisasi tidak mengandung loncatan induktif bila fakta yang diberikan cukup
memadai dan meyakinkan
Contoh:
Untuk
merumuskan generalisasi ternyata dua atau tiga fenomena saja cukup.
2.
Analogi Induktif
Analogi induktif adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan bahwa yang terjadi untuk suatu hal akan berlaku pula untuk hal yang lain.
3.
Hubungan Klausa
Pada umumnya hubungan klausa dapat berlangsung dalam tiga pola, yaitu: sebab ke akibat, akibat ke sebab, dan akibat ke akibat.
Sebab ke akibat
Hubungn sebab akibat pertama bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai alasan yang diketahui, kemudian bergerak maju ke kesimpulan sebagai akibat yang terdekat.
Akibat ke sebab
Hubungan akibat ke sebab termasuk proses berpikir induktif, dengan bertolak dari suatu peristiwa yang dianggapp sebagai akibat yang diketahui, menuju ke alasan yang menimbulkan akibat tadi.
Akibat
ke akibat
Hubungan ini bertolak dari suatu akibat ke akibat berikutnya tanpa melihat apa yang menjadi penyabab umum.
G. Penalaran Deduksi
Deduksi
merupakan suatu proses yang berpikir bertolak dari proposisi yang sudah ada,
menuju suatu proposisi baru yang berbentuk kesimpulan. Dalam penalaran deduktif
penulis tidak perlu mengummpulakan fakta.
1. Silogisme
Silogisme
yaitu prose penalaran yang berusaha menghubungkan dua proposisi yang brlainan
untuk menurun kan kesimpulan dan merupakn proposisi yang ketiga.
1. Semeua
buruh manusia pekerja (premis mayor)
2. Tukang
batu adalah buruh (premis minor)
3. Jadi,
tukang batu manusia pekerja (kesimpulan)
2. Entimem
Entimem
pada dasarnya adalah silogisme. Tetapi, dalam entimem salah satu premisnya
dihilangkan/tidak diucapkan karena sama-sama sudah diketahui.
Contoh:
Ia
menang dalam perlombaan tersebut, karena itu ia berhak memperoleh hadiah.
H. Satu Alasan
Dalam penyampaian pernyataan, seseorang dapat melakukan kesalahan dalam bernalar. Kesalahan tersebut mungkin terjadi karena gagasannya, struktur kalimatnya, atau cara mearik kesimpulan.
Contoh:
(1)
Semua pelamar dari Fakultas Ekonomi
Unsoed diterima oleh perusahaan tersebut, karena Ema yang berasal dari fakultas
tersebut mampu mengembangkan perusahaan dengan baik.
(Kebijakan penarikan kesimpulan tidak sah)
(2)
Semua buku telah dipelajari oleh saya,
tetapi belum lulus juga. (struktur kalimat salah)
(3)
Pada umumnya barang dari luar negeri itu
bagus. Karena itu, jam tanganmu yang
berasal dari Singapura juga bagus. (cara menarik kesimpulan tidak sah)
(4)
Malam nertambah dingin, dan sepi memagut.
(gagasannya salah)
1.
Kesalahan
induktif
Kesalahn
induktif dapat terjadi karena:
a. Generalisasi
terlampau luas. Contoh: Semua laki-laki
mata keranjang.
b. Kesalahn
bersumber pada penilain sebab-akibat yang salah. Kesalahan ini umumnya terjadi
pada bahasa iklan. Contoh: Konidin
membuat batuk menjadi senyuman
c. Kesalahan
analogi. Contoh: Dani akan menjadi orang
pintar, karena ia bergaul dengan orang-orang cerdas.
2.
Kesalahan
Deduktif
Kesalahan deduktif
terjadi karena beberapa hal, yaitu:
(1) Karena
premis mayor tidak dibatasi. Contoh: Kalau
listrik masuk desa, taraf kehidupan masyarakat akan meningkat.
(2) Kesalahan
karena term keempat.
My : Semua dosen lulusan S1.
Mn : Edi guru SMU
(3) Kesalahan
karena kesimpulan terlalu luas
My :
Sebagiam mahasiswa Unsoed berprestasi baik.
Mn: Ferry Mahasiswa Unsoed
K :
karena itu, Ferry berprestasi baik.
(4) kesalahn penarikan kesimpulan dari premis-premis negatif.
My: Semua bantuan luar negeri tidak dikenai bea masuk
Mn: Suku cadang pesawat tidak dikenai bea masuk
K: Suku cadang pesawat adalah bantuan luar negeri.
KALIMAT EFEKTIF
A.
Tujuan
Pembelajaran
Bab ini memuat penjelasan tentang kalimat, kalimat efektif dan cirri-cirinya. Tujuan pembahasan bab ini adalah agar pemakai bahasa dapat membedakan kalimat efektif dan kalimat tidak efektif. Indicator pembelajaran mencakup: (1) menjelaskan kallimat efektif, (2) pengguanaan unsure kalimat, (3) penerapan persyaratan kalimat efektif, (4) menganalisi kesalahan kalimat, (5) memperbaiki kalimat yang tidak efektif.
B.
Pengertian
Kalimat Efektif
Kalimat adalah satuan bahasa yang terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang memiliki setidaknya subjek (S) dan predikat (P). pngertian efektif dalam kalimat adalah ketepatan penggunaan kalimat dan ragam bahasa tertentu dalam situasi kebahasaan tertentu pula.
C.
berminyak-berminyak Kalimat
1.
Subjek
Subjek atau pokok kalimat adalah unsur utama kalimat dan menentukan kejelasan makna kalimat. Penempatan subjek yang tidak tepat dapat mengaburkan kejelasan makna kalimat. Subjek kalimat berupa kata dan dapat berupa frase.
(1) Santi pergi ke perguruan tinggi
(2) Seekor
beruang putih ditangkap pemburu.
2.
Predikat
Predikat
kalimat kebanyakan muncul secara eksplisit. Keberadaan predikat dalam kalimat
berfungsi: (1) membentuk kalimat dasar, klimt tunggal, kalimat luas, kalimat
majmuk, (2) manjadi unsur penjelas, (3) menegaskan makna, (4) membentuk
kesatuan pikiran, dan (5) sebagai sebutan.
(1) Harimau itu menerkam mangsanya hingga tewas
(2) Harimau itu menerkam dengan cepat mangsanya sampai tewas.
3. Objek
Keberadaan objek dalam kalimat tergantung pada jenis predikat kalimat serta fitur khusus kalimat itu sendiri.
(1) Para
pendemo itu melempari polisi dengan batu. (benar)
(2) Para pendemo itu me lempari batu ke polisi. ( salah )
4. Keterangan
Keterangan
kalimat berfungsi menjelaskan atau melengkapi informasi pesan kalimat. Contoh: besok pagi kamu menghadap saya.
5. Konjungsi
Konjungsi
adalah bagian kalimat yang berfungsi menghubungkan (merangkai) unsur-unsur
kalimat dalam sebuah kalimat,sebuah kalimat dengan kalimat lain, atau sebuah paragraf
dengan paragraf lain.
(1) Presiden
beserta rombonganberkunjung ke
Bangkok
(2) Saya
membaca Koran, sedangkan adik menyapu
halaman
6.
Modalitas
Modalitas dalam sebuah
kalimat sering disebut keterangan predikat dan dapat mengubah keseluruhan makna
sebuah kalimat.
(1) Saya
kemungkinan besar berangkat ke
Bandung
(2) Dia
sebetulnya seorang politikus yang baik
D.
Struktur kalimat
Kalimat yang
strutkurnya benar memiliki kesatuan bentuk dan juga kesatuan arti .setiap
unsure yang terangkai dalam kalimat pada umumnya berbentuk kata atau kataan
harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Apabila
terjadi kerancuan struktur, biasanya akan menimbulkan pengertian yang bias,
atau bahkan tidak jelas pengertian yang sebenarnya.
1st
Half Kalima
a.
Pola
kalimat dasar
kalimat yang jumlah dan ragamnya begitu
banyak, pada dasarnya disusun berdasarkan pola-pola tertentu yang jumlahnya
amat sedikit. Kalimat yang disusun secara sederhana akan mudah dipahhami oleh
pembaca. Jika penyusunan kalimat yang baik dan benar dalam gagasan , hal
tersebut akan memperkecil kesalahan
(1) Kami/
sedang belajar
SP
(2)
Para dokter/ sedang mengoperasi/ pasien
SPO
(3)
Anggota KPK/ mencari bukti/ kasus korupsi/ di gedung DPR
SPOK
b.
Pola
kalimat majmuk
Kaliamt
majemuk terdiri dari kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
Kalimat majemuk setara bersifat koordinatif, tidak saling menerangkan. Kaliamat
majemuk bertingkat disusun berdasarkan jenis anak kalimatnya
Contoh kalimat majemuk
setara:
Kamu
memperbaiki
mesin ini dan saya akan mengelas roda.
Contoh kalimat majemuk
bertingkat:
Mereka meninggalkan
kampus ketika terjadi kerusuhan.
2. Ciri-ciri
Kalimat Efektif
Kalimat
efektif memiliki cirri-ciri sebagai berikut, (a) kesatuan pikiran, (b)
kepaduan, (c) penalaran, (d) kesejajaran, (e) penekanan dalam kalimat, (f)
kehematan dalam menggunakan kata, dan (g) kevariasian dalm struktur kalimat
a. Kesatuan Pikiran
Setiap kalimat yang baik harus memperlihatkan kesatuan pikiran yang memperlihatkan kesatuan pokok. Kesatuan terbentuk dari unsure subjek, predikat, dan dapat ditambah objek. Kalimat mungki secra gramatikal mungkin benar, tetapi maknanya salah.
Contoh kalimat yang
salah
(1) Saya
sudah saling mengenal
(2) Menata
ibu rumah hari ini
Kedua kalimat tersebut
salah karena tidak memiliki kesepadanan struktur dan makna. Kalimat terebut
seharusnya:
(1) Kami sudah
saling mengenal.
(2) Ibu
menata rumah hari ini
Makna kalimat tersebut jelas karena hubungan antarunsur membentuk kesatuan dan koherensi makna.
b. koherensi
Kalimat dikatakan memiliki kepaduan apabila didalamnya terdapat hubungan timbal balik yang baik dan jelas di antara unsur-unsur yang membentuknya. hubngan timbale balik itu dapat dibangun dengan menyusun urutan kata yang jelas dalam kalimat.
(1) Para peserta pelatihan tidak bisa makan kacang di ruang ini
(2) Di ruang ini para peserta pelatihan kacang tidak makan dapat.
Kalimat (1) memiliki unsure
kepaduan karena setiap kata didalamnya memiliki hubungan yang jelas, sedangkan
kalimat (2)tidak memiliki kepaduan karena hubungan antar katanya tidak jelas.
c. Penalaran
Penalaran dalam kalimat adalah alur berpikir agar kalimat dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dipahami dengan mudah, cepat, tepat, serta tidak menimbulkan kesalahpahaman. Contoh kalimat berikut tidak memiliki penalaran.
(1)
Guru itu mengajarkan para siswa
matematika
(2)
Pencuri berhasil ditangkap polisi
Kalimat (1) tidak bbernalar karena akhiran –kan pada kata mengajarkan seharusnya
tidak digunakan. Jika tetap digunakan, maka seharusnya mengikutinya adalah matematika,bukan siswa. Kalimat (2) juga
tidak bernalar karena kalimat tersebut memliki makna ‘keberhasilan ada pada
polisi’, bukan pencuri. Kalimat tersebut seharusnya:
(1) Guru
itu mengajar para siswa matematika, atau Guru itu mengajarkan matematika kepada
para mahasiswa.
(2)
Pencuri itu ditangkap polisi, atau
polisi berhasil menangkap polisi
d.
Kesejajaran
Kesejajaran dalam kalimat adalah penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama atau struktur gramatikal yang sama dalam susunan sederajat. Contoh kesejajaran bentuk bahasa: pengumpulan, pengangkutan, pembuangan, pertanian, peternakan, perekonomian, perkebunan.
Contoh:
(1)
Kegiatan perpustakaan itu meliputi
pembelian buku, membuang catalog, dan mengatur peminjaman buku. (salah)
(2)
Kegiatan perpustakaan itu meliputi pembelian buku, pembuatan catalog, dan pengaturan
peminjaman buku (benar)
e.
Penekanan dalam Kalimat
Penonjolan inti kalimat dapat dilakukan dengan cara mengubah posisi dalam kalimat, menyusun urutan yang logis, mengulang kata, dan menggunakan partikel penekanan.
1) Mengubah
posisi dalam kalimat
Penulis menempatkan
bagian-bagian kalimat yang diutamakan pada awal kalimat.
Contoh:
Pembelian
listrik swasta yang memberatkan PLN merupakan penyebab
naiknya tarif dasar listrik di Indonesia.
2) Menyusun
urutan yang logis
Urutan yang logis itu dapat disusun secara kronologis, urutan makin lama makin penting atau makin meningkat, atau urutan suatu proses.
Contoh:
Pencuri itu merusak
pagar halaman, mmencokel jendela, dan memasuki rumah sasaran
f. Kehematan
adapun unsure-unsur kehematan yang harus diperhatikan adalahpenulangan subjek, hiponimi, dan pemakain kata depan dari dan dari.
1) Pengulangan subjek
Tidak semua pengulangan subjek dapat menyebabkan kalimat menjadi jelas.
Contoh:
Budi
menyatakan
penyesalannya setelah dia n melakukan
perilaku tercela
2) Hiponimi
Hiponimi adalah istilah yang berarti maknanya telah tercakup pada kata yang lain. Kata senin sudah mengandung makna 'hari'.
(1) Saya
senin besok akan berangkat ke Jakarta
3) Penjamakan kata yang sudah jamak
(1) Data-data
tersebut sudah cukup valid. (salah)
(2) Setelah
fakta-fakta terkumpul dilakukan…. (salah)
Kalimat yang benar adalah:
(1) Data-data
tersebut cukup valid
(2) Setelah
fakta terkumpul dilakukan…..
4) Menggunakan
bentuk singkatan
Kalimat singkat bukan
berarti kalimat itu pendek-pendek. Unsure kalimat yang digunakan harus
benar-benar berfungsi.
(1) Anda yang tidak berkepentingnan tidak diperkenankan masuk
Bentuk singkat adalah:
(2) Anda yang tidak berkepentngan dilarang masuk
g.
Kevariasian
Variasi kalimat dapat
dimulai dengan unsure objek, unsure predikat, objek, atau keterangan. Variasi
itu bisa juga erupa kalimat pendek atau kalimat panjang, kalimat sederhana atau
kalimat luas.
(1) Dokter itu
sedang mengobati pasien. (S diawal kalimat)
(2) Turun perlahan saya ambil membawa ransel. (P diawal kalimat)
(3) Barangkali produk
tersebut merupakan baran selundupan. (kata modal diawal kalimat)
(4) Secara tidak langsung, kesehatan
para pekerja berpengaruh terhadap produktivitas. (frase diawal kalimat)
E.
Kesalahan Kalimat
Kesalahan penyusunan kalimat akan menimbulkan salah pengertian, salah tindakan, dan sebagainya.
1. Kalimat Bermakna Ganda
Kalimat tersebut memenuhi tata bahasa, tetapi masih menimbulkan penafsiran ganda.
(1) Tahun
ini SPP mahasiswa baru dinaikkan
Kalimat
ini berarti:
(1a)
SPP mahasiswa baru tahun ini dinaikkan.
(1b)
SPP mahasiswa baru tahun ini baru dinaikkan
2. Pengantar
Kalimat dan predikat Tidak Jelas
Ungkapan pengantar kalimat ( menurut, seperti, sebagaimana) yang disertai nomina pelaku sering menimbulkan ambiguitas antara ungkapan pengantar kalimat dan predikat kalimat.
(1) Menurut ahli
geologi itu menyatakan bahwa
perembesan air laut telah sampai ke Jakarta Pusat.
Kalimat
tersebut merupakan penggabungan dua kalimat, yaitu:
(1a) Ahli geologi itu /menyatakan/ bahwa perembesan air laut
telah sampai ke Jakarta Pusat
(1b) Menurut
ahli geologi itu, perembesan air laut /telah sampai/ ke wilayah jakarta
Pusat
Jika
ahli geologi itu sebagai subjek (1a), pemakaian kata menurut itu tidak tepat, sebab subjek tidak didahului kata
preposisi. Jika pernyataan menurut ahli
geologi itu sebagai keterangan, yang berupa pengantar kalimat, perkataan
menyatakan bahwa tidak tepat. Frasa tersebut harus dibuang dan predikat kalimat
tersebut adalah telah sampai dan
subjeknya perembesan air laut. (1b)
3. Kesalahan
Struktur
a. Kalimat aktif tanpa subjek
(1) Dari
hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi yang baik dibidang pelayanan kesehatan.
(2) Kepada para
mahasiswa harap hadir dalam acara tersebut
(3) Bagi mahasiswa
yang akan KKN hrus sudah menempuh 120 SKS.
(4) Dalam keputusan
tersebut tidak mencermikan keadilan
Keempat
kalimat tersebut rancu, karena subjeknya tidak jelas (berkata depan). Agar
kalimat tersebut benar maka pemakaian kata yang bercetak miring harus
dihapuskan.
(1) Hasil
penelitian ini akan memberikan kontribusi yang baik dibidang pelayanan
kesehatan.
(2) Para
mahasiswa harap hadir pada acara tersebut.
(3) Mahasiswa
yang akan KKN harus sudah menempuh 120 SKS
(4) Keputusan
tersebut tidak mencermikan keadilan
b. Menempatkan
kata depan didepan objek
Kalimat yang memiliki
kata kerja transitif langsung diikuti objek, tidak disisipi kata depan.
(1) Rapat
hari ini membahas tentang proses
pemilihan dekan.
Kata deapan tentang harus dihilangkan agar kalimat
tersebut benar.
c. Menempatkan
kata hubung intrakalimat paa awal kalimat
(1) Perjalanan
kita terhambat pawai. Sehingga terlambat
sampai tujuan.
Kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi:
(1) Perjalanan
kita terhambat pawai, sehingga terlambat
sampai di tujuan
4.
Kesalahan Diksi
Kesalahan diksi dalam kalimat terjadi ketika:
a. Menggunakan dua kata bersinonim dalam satu frase: agar supaya, adalah merupakan, naik ke atas, turun ke bawah, dan lain-lain.
b. Menggunakan
kata anya yang tidak menanyakan sesuatu: di
mana, yang mana, bagaimana, mengapa, dan lain-lin.
c. Menggunakan kata berpasangan yang tidak sesuai:
tidak
hanya – tetapi seharusnya tidak … tetapi atau tidak
hanya … tetapi juga, bukan hanya – tetapi juga seharusnya bukan hanya …
melainkan juga.
0 komentar:
Posting Komentar