Penalaran dan Kalimat Efektif

Jumat, 17 Oktober 2014

PENALARAN

A.     Tujuan Pembelajaran
Dalam bab ini dijelaskan hakikat penalaran dalam karangan, menjelaskan fungsi penalaran dalam karangan, jenis-jenis penalaran, dan salah nalar. Jadi tujuan bab ini adalah agar para mahasiswa dapat bernalar dengan baik dalam penyusunan karya ilmiah yang mereka tulis.

B.      Pengertian Penalaran
Penalaran yaitu proses berpikir untuk menafsirkan fakta sebagai dasar untuk menarik suatu simpulan yang dapat diterima akal sehat

C.      Argumentasi
Argumentasi merupakan dasar yang palin fundamental dalam ilmu pengetahuan. Argumentasi adalah usaha mengajukan bukti-bukti atau menentukan kemungkinan-kemungkinan untuk sikap atau pendapat suatu hal.

D.     Proses penalaran
Penalaran merupakan proses penyimpulan yang didasarkan atas sejumlah proposisi yang diketahui dan dianggap benar dan sehingga diperoleh proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Dalam prosesnya penalaran dibedakan menjadi penalaran induktif dan penalaran deduktif.

E.      Proposisi
proposisi adalah pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahannya yang terkandung didalamnya.
.
      Contoh proposisi:
(1) Semua makluk hidup akan mati.
            (2) Kota Purwokerto dibom atom pada Perang Dunia II
Kedua kalimat merupaka proposisi. Kalimat (1) dapat dibuktikan kebenarannya, dan kalimat (2) ditolak karena tidak mengandung kebenaran. Jadi, proposisi selalu berbentuk kalimat, tetapi tidak semua kalimat adalah proposisi.


F.      Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah proses yang berpikir bertolak dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan (inferensi). Penalaran induktif mungkin berupa generalisasi, analogi induktif, atau hubungan klausal.
Penalaran induktif lebih bersifat empiris dan mengembangkan paham yang disebut empirisme, yaitu pengalam yang dipakai sebagai dasar kebenaran.

1.      Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum dan mencakup semua fenomena tadi. Generalisasi dapat berbentuk loncatan induktif dan yang bukan loncatan induktif

a)       Loncatan Induktif
Generalisasi yang bersifat loncatan induktif tetap bertolak dari beberapa fakta, namun fakta ayang digunakan belum mencermikan semua fenomena yang ada. Generalisasi ini mudah ditolak kalau terdapat evidensi-evidensi yanag bertentanagan. Seperti contoh berikut ini:

(1)    Semua laki-laki mata keranjanag.

Pernyataan diatas mengandung kelemahan-kelemahan, karena belum mencermikan semua fenomena yang ada. Oleh karena itu generalisasi tersebut mudah ditolak.

b)      Tanpa Loncatan Induktif
Sebuah generalisasi tidak mengandung loncatan induktif bila fakta yang diberikan cukup memadai dan meyakinkan
Contoh:
Untuk merumuskan generalisasi ternyata dua atau tiga fenomena saja cukup.

2.      Analogi Induktif
Analogi induktif adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan bahwa yang terjadi untuk suatu hal akan berlaku pula untuk hal yang lain.

3.      Hubungan Klausa
Pada umumnya hubungan klausa dapat berlangsung dalam tiga pola, yaitu: sebab ke akibat, akibat ke sebab, dan akibat ke akibat.
Sebab ke akibat
            Hubungn sebab akibat pertama bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai alasan yang diketahui, kemudian bergerak maju ke kesimpulan sebagai akibat yang terdekat.
Akibat ke sebab
            Hubungan akibat ke sebab termasuk proses berpikir induktif, dengan bertolak dari suatu peristiwa yang dianggapp sebagai akibat yang diketahui, menuju ke alasan yang menimbulkan akibat tadi.
Akibat ke akibat
            Hubungan ini bertolak dari suatu akibat ke akibat berikutnya tanpa melihat apa yang menjadi penyabab umum.

G.    Penalaran Deduksi
Deduksi merupakan suatu proses yang berpikir bertolak dari proposisi yang sudah ada, menuju suatu proposisi baru yang berbentuk kesimpulan. Dalam penalaran deduktif penulis tidak perlu mengummpulakan fakta.

1.      Silogisme
Silogisme yaitu prose penalaran yang berusaha menghubungkan dua proposisi yang brlainan untuk menurun kan kesimpulan dan merupakn proposisi yang ketiga.

1.      Semeua buruh manusia pekerja           (premis mayor)
2.      Tukang batu adalah buruh                   (premis minor)
3.      Jadi, tukang batu manusia pekerja      (kesimpulan)


2.       Entimem
Entimem pada dasarnya adalah silogisme. Tetapi, dalam entimem salah satu premisnya dihilangkan/tidak diucapkan karena sama-sama sudah diketahui.

Contoh:
Ia menang dalam perlombaan tersebut, karena itu ia berhak memperoleh hadiah.
H.     Satu Alasan
Dalam penyampaian pernyataan, seseorang dapat melakukan kesalahan dalam bernalar. Kesalahan tersebut mungkin terjadi karena gagasannya, struktur kalimatnya, atau cara mearik kesimpulan.

Contoh:
(1)   Semua pelamar dari Fakultas Ekonomi Unsoed diterima oleh perusahaan tersebut, karena Ema yang berasal dari fakultas tersebut mampu mengembangkan perusahaan dengan baik.
(Kebijakan penarikan kesimpulan tidak sah)
(2)   Semua buku telah dipelajari oleh saya, tetapi belum lulus juga. (struktur kalimat salah)
(3)   Pada umumnya barang dari luar negeri itu bagus. Karena itu, jam tanganmu  yang berasal dari Singapura juga bagus. (cara menarik kesimpulan tidak sah)
(4)   Malam nertambah dingin, dan sepi memagut. (gagasannya salah)

1.      Kesalahan induktif
Kesalahn induktif dapat terjadi karena:

a.       Generalisasi terlampau luas. Contoh: Semua laki-laki mata keranjang.
b.      Kesalahn bersumber pada penilain sebab-akibat yang salah. Kesalahan ini umumnya terjadi pada bahasa iklan. Contoh: Konidin membuat batuk menjadi senyuman
c.       Kesalahan analogi. Contoh: Dani akan menjadi orang pintar, karena ia bergaul dengan orang-orang cerdas.

2.      Kesalahan Deduktif
Kesalahan deduktif terjadi karena beberapa hal, yaitu:

(1)   Karena premis mayor tidak dibatasi. Contoh: Kalau listrik masuk desa, taraf kehidupan masyarakat akan meningkat.

(2)   Kesalahan karena term keempat.
My       : Semua dosen lulusan S1.
Mn       : Edi guru SMU

(3)   Kesalahan karena kesimpulan terlalu luas

My      : Sebagiam mahasiswa Unsoed berprestasi baik.

Mn: Ferry Mahasiswa Unsoed

K        : karena itu, Ferry berprestasi baik.

(4)    kesalahn penarikan kesimpulan dari premis-premis negatif.

My: Semua bantuan luar negeri tidak dikenai bea masuk

Mn: Suku cadang pesawat tidak dikenai bea masuk

K: Suku cadang pesawat adalah bantuan luar negeri.




KALIMAT EFEKTIF

A.    Tujuan Pembelajaran
Bab ini memuat penjelasan tentang kalimat, kalimat efektif dan cirri-cirinya. Tujuan pembahasan bab ini adalah agar pemakai bahasa dapat membedakan kalimat efektif dan kalimat tidak efektif. Indicator pembelajaran mencakup: (1) menjelaskan kallimat efektif, (2) pengguanaan unsure kalimat, (3) penerapan persyaratan kalimat efektif, (4) menganalisi kesalahan kalimat, (5) memperbaiki kalimat yang tidak efektif.
B.     Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat adalah satuan bahasa yang terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang memiliki setidaknya subjek (S) dan predikat (P). pngertian efektif dalam kalimat adalah ketepatan penggunaan kalimat dan ragam bahasa tertentu dalam situasi kebahasaan tertentu pula.
C.     berminyak-berminyak Kalimat

1.       Subjek
Subjek atau pokok kalimat adalah unsur utama kalimat dan menentukan kejelasan makna kalimat. Penempatan subjek yang tidak tepat dapat mengaburkan kejelasan makna kalimat. Subjek kalimat berupa kata dan dapat berupa frase.
(1)    Santi pergi ke perguruan tinggi
(2)   Seekor beruang putih ditangkap pemburu.

2.      Predikat
Predikat kalimat kebanyakan muncul secara eksplisit. Keberadaan predikat dalam kalimat berfungsi: (1) membentuk kalimat dasar, klimt tunggal, kalimat luas, kalimat majmuk, (2) manjadi unsur penjelas, (3) menegaskan makna, (4) membentuk kesatuan pikiran, dan (5) sebagai sebutan.
(1)    Harimau itu menerkam mangsanya hingga tewas
(2)    Harimau itu menerkam dengan cepat mangsanya sampai tewas.





3.      Objek
Keberadaan objek dalam kalimat tergantung pada jenis predikat kalimat serta fitur khusus kalimat itu sendiri.
(1)   Para pendemo itu melempari polisi dengan batu. (benar)
(2)    Para pendemo itu me lempari batu ke polisi. ( salah )

4.      Keterangan
Keterangan kalimat berfungsi menjelaskan atau melengkapi informasi pesan kalimat. Contoh: besok pagi kamu menghadap saya.
5.      Konjungsi
Konjungsi adalah bagian kalimat yang berfungsi menghubungkan (merangkai) unsur-unsur kalimat dalam sebuah kalimat,sebuah kalimat dengan kalimat lain, atau sebuah paragraf dengan paragraf lain.
(1)   Presiden beserta rombonganberkunjung ke Bangkok
(2)   Saya membaca Koran, sedangkan adik menyapu halaman

6.      Modalitas
Modalitas dalam sebuah kalimat sering disebut keterangan predikat dan dapat mengubah keseluruhan makna sebuah kalimat.
(1)   Saya kemungkinan besar berangkat ke Bandung
(2)    Dia sebetulnya seorang politikus yang baik

D.     Struktur kalimat
Kalimat yang strutkurnya benar memiliki kesatuan bentuk dan juga kesatuan arti .setiap unsure yang terangkai dalam kalimat pada umumnya berbentuk kata atau kataan harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Apabila terjadi kerancuan struktur, biasanya akan menimbulkan pengertian yang bias, atau bahkan tidak jelas pengertian yang sebenarnya.




1st        Half Kalima

a.      Pola kalimat dasar

kalimat yang jumlah dan ragamnya begitu banyak, pada dasarnya disusun berdasarkan pola-pola tertentu yang jumlahnya amat sedikit. Kalimat yang disusun secara sederhana akan mudah dipahhami oleh pembaca. Jika penyusunan kalimat yang baik dan benar dalam gagasan , hal tersebut akan memperkecil kesalahan

(1)   Kami/ sedang belajar
   SP
(2) Para dokter/ sedang mengoperasi/ pasien
             SPO
(3) Anggota KPK/ mencari bukti/ kasus korupsi/ di gedung DPR
               SPOK

b.      Pola kalimat majmuk
Kaliamt majemuk terdiri dari kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk setara bersifat koordinatif, tidak saling menerangkan. Kaliamat majemuk bertingkat disusun berdasarkan jenis anak kalimatnya
Contoh kalimat majemuk setara:
Kamu memperbaiki mesin ini dan saya akan mengelas roda.
Contoh kalimat majemuk bertingkat:
Mereka meninggalkan kampus ketika terjadi kerusuhan.

2.      Ciri-ciri Kalimat Efektif
Kalimat efektif memiliki cirri-ciri sebagai berikut, (a) kesatuan pikiran, (b) kepaduan, (c) penalaran, (d) kesejajaran, (e) penekanan dalam kalimat, (f) kehematan dalam menggunakan kata, dan (g) kevariasian dalm struktur kalimat

a.        Kesatuan Pikiran
      Setiap kalimat yang baik harus memperlihatkan kesatuan pikiran yang memperlihatkan kesatuan pokok. Kesatuan terbentuk dari unsure subjek, predikat, dan dapat ditambah objek. Kalimat mungki secra gramatikal mungkin benar, tetapi maknanya salah.

Contoh kalimat yang salah

(1)   Saya sudah saling mengenal
(2)   Menata ibu rumah hari ini

Kedua kalimat tersebut salah karena tidak memiliki kesepadanan struktur dan makna. Kalimat terebut seharusnya:

(1)   Kami sudah saling mengenal.
(2)   Ibu menata rumah hari ini
Makna kalimat tersebut jelas karena hubungan antarunsur membentuk kesatuan dan koherensi makna.

b.       koherensi
Kalimat dikatakan memiliki kepaduan apabila didalamnya terdapat hubungan timbal balik yang baik dan jelas di antara unsur-unsur yang membentuknya. hubngan timbale balik itu dapat dibangun dengan menyusun urutan kata yang jelas dalam kalimat.

(1)    Para peserta pelatihan tidak bisa makan kacang di ruang ini
(2)    Di ruang ini para peserta pelatihan kacang tidak makan dapat.

Kalimat (1) memiliki unsure kepaduan karena setiap kata didalamnya memiliki hubungan yang jelas, sedangkan kalimat (2)tidak memiliki kepaduan karena hubungan antar katanya tidak jelas.

c.        Penalaran
      Penalaran dalam kalimat adalah alur berpikir agar kalimat dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dipahami dengan mudah, cepat, tepat, serta tidak menimbulkan kesalahpahaman. Contoh kalimat berikut tidak memiliki penalaran.

(1)      Guru itu mengajarkan para siswa matematika
(2)      Pencuri berhasil ditangkap polisi

     Kalimat (1) tidak bbernalar karena akhiran –kan pada kata mengajarkan seharusnya tidak digunakan. Jika tetap digunakan, maka seharusnya mengikutinya adalah matematika,bukan siswa. Kalimat (2) juga tidak bernalar karena kalimat tersebut memliki makna ‘keberhasilan ada pada polisi’, bukan pencuri. Kalimat tersebut seharusnya:
(1)      Guru itu mengajar para siswa matematika, atau Guru itu mengajarkan matematika  kepada para mahasiswa.
            (2)      Pencuri itu ditangkap polisi, atau polisi berhasil menangkap polisi


d.       Kesejajaran
      Kesejajaran dalam kalimat adalah penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama atau struktur gramatikal yang sama dalam susunan sederajat. Contoh kesejajaran bentuk bahasa: pengumpulan, pengangkutan, pembuangan, pertanian, peternakan, perekonomian, perkebunan.
Contoh:

(1)   Kegiatan perpustakaan itu meliputi pembelian buku, membuang catalog, dan mengatur peminjaman buku. (salah)
(2)   Kegiatan perpustakaan itu meliputi pembelian buku, pembuatan catalog, dan pengaturan peminjaman buku (benar)


e.        Penekanan dalam Kalimat
      Penonjolan inti kalimat dapat dilakukan dengan cara mengubah posisi dalam kalimat, menyusun urutan yang logis, mengulang kata, dan menggunakan partikel penekanan.

1)   Mengubah posisi dalam kalimat

Penulis menempatkan bagian-bagian kalimat yang diutamakan pada awal kalimat.

Contoh:
Pembelian listrik swasta yang memberatkan PLN merupakan penyebab naiknya tarif dasar listrik di Indonesia.

2)   Menyusun urutan yang logis
Urutan yang logis itu dapat disusun secara kronologis, urutan makin lama makin penting atau makin meningkat, atau urutan suatu proses.

Contoh:
Pencuri itu merusak pagar halaman, mmencokel jendela, dan memasuki rumah sasaran

f.        Kehematan
adapun unsure-unsur kehematan yang harus diperhatikan adalahpenulangan subjek, hiponimi, dan pemakain kata depan dari dan dari.

1)       Pengulangan subjek
Tidak semua pengulangan subjek dapat menyebabkan kalimat menjadi jelas.

Contoh:
Budi menyatakan penyesalannya setelah dia n melakukan perilaku tercela

2)       Hiponimi
Hiponimi adalah istilah yang berarti maknanya telah tercakup pada kata yang lain. Kata senin sudah mengandung makna 'hari'.

(1)   Saya senin besok akan berangkat ke Jakarta

3)       Penjamakan kata yang sudah jamak

(1)   Data-data tersebut sudah cukup valid. (salah)
(2)   Setelah fakta-fakta terkumpul dilakukan…. (salah)

Kalimat yang benar adalah:
(1)   Data-data tersebut cukup valid
(2)   Setelah fakta terkumpul dilakukan…..

4)      Menggunakan bentuk singkatan
Kalimat singkat bukan berarti kalimat itu pendek-pendek. Unsure kalimat yang digunakan harus benar-benar berfungsi.

(1)    Anda yang tidak berkepentingnan tidak diperkenankan masuk
Bentuk singkat adalah:
(2)    Anda yang tidak berkepentngan dilarang masuk

g.       Kevariasian
     Variasi kalimat dapat dimulai dengan unsure objek, unsure predikat, objek, atau keterangan. Variasi itu bisa juga erupa kalimat pendek atau kalimat panjang, kalimat sederhana atau kalimat luas.

(1)   Dokter itu sedang mengobati pasien. (S diawal kalimat)
(2)    Turun perlahan saya ambil membawa ransel. (P diawal kalimat)
(3)   Barangkali produk tersebut merupakan baran selundupan. (kata modal diawal kalimat)
(4)   Secara tidak langsung, kesehatan para pekerja berpengaruh terhadap produktivitas. (frase diawal kalimat)

E.      Kesalahan Kalimat
Kesalahan penyusunan kalimat akan menimbulkan salah pengertian, salah tindakan, dan sebagainya.
1.       Kalimat Bermakna Ganda
Kalimat tersebut memenuhi tata bahasa, tetapi masih menimbulkan penafsiran ganda.

(1)   Tahun ini SPP mahasiswa baru dinaikkan
       Kalimat ini berarti:
(1a) SPP mahasiswa baru tahun ini dinaikkan.
(1b) SPP mahasiswa baru tahun ini baru dinaikkan

2.      Pengantar Kalimat dan predikat Tidak Jelas
Ungkapan pengantar kalimat ( menurut, seperti, sebagaimana) yang disertai nomina pelaku sering menimbulkan ambiguitas antara ungkapan pengantar kalimat dan predikat kalimat.

(1)   Menurut ahli geologi itu menyatakan bahwa perembesan air laut telah sampai ke Jakarta Pusat.

Kalimat tersebut merupakan penggabungan dua kalimat, yaitu:

(1a) Ahli geologi itu /menyatakan/ bahwa perembesan air laut telah sampai ke Jakarta Pusat
(1b) Menurut ahli geologi itu, perembesan air laut /telah sampai/ ke wilayah jakarta Pusat

Jika ahli geologi itu sebagai subjek (1a), pemakaian kata menurut itu tidak tepat, sebab subjek tidak didahului kata preposisi. Jika pernyataan menurut ahli geologi itu sebagai keterangan, yang berupa pengantar kalimat, perkataan menyatakan bahwa tidak tepat. Frasa tersebut harus dibuang dan predikat kalimat tersebut adalah telah sampai dan subjeknya perembesan air laut. (1b)

3.      Kesalahan Struktur

a.        Kalimat aktif tanpa subjek

(1)      Dari hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi yang baik dibidang pelayanan  kesehatan.
(2)      Kepada para mahasiswa harap hadir dalam acara tersebut
(3)      Bagi mahasiswa yang akan KKN hrus sudah menempuh 120 SKS.
(4)      Dalam keputusan tersebut tidak mencermikan keadilan

Keempat kalimat tersebut rancu, karena subjeknya tidak jelas (berkata depan). Agar kalimat tersebut benar maka pemakaian kata yang bercetak miring harus dihapuskan.

(1)   Hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi yang baik dibidang pelayanan kesehatan.
(2)   Para mahasiswa harap hadir pada acara tersebut.
(3)   Mahasiswa yang akan KKN harus sudah menempuh 120 SKS
(4)   Keputusan tersebut tidak mencermikan keadilan

b.      Menempatkan kata depan didepan objek
Kalimat yang memiliki kata kerja transitif langsung diikuti objek, tidak disisipi kata depan.
(1)   Rapat hari ini membahas tentang proses pemilihan dekan.
Kata deapan tentang harus dihilangkan agar kalimat tersebut benar.
c.       Menempatkan kata hubung intrakalimat paa awal kalimat

(1)   Perjalanan kita terhambat pawai. Sehingga terlambat sampai tujuan.

Kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi:

(1)      Perjalanan kita terhambat pawai, sehingga terlambat sampai di tujuan

4.      Kesalahan Diksi

Kesalahan diksi dalam kalimat terjadi ketika:

a.     Menggunakan dua kata bersinonim dalam satu frase: agar supaya, adalah merupakan, naik ke atas, turun ke bawah, dan lain-lain.

b.    Menggunakan kata anya yang tidak menanyakan sesuatu: di mana, yang mana, bagaimana, mengapa, dan lain-lin.

c.     Menggunakan kata berpasangan yang tidak sesuai:

tidak hanya – tetapi seharusnya tidak … tetapi atau tidak hanya … tetapi juga, bukan hanya – tetapi juga seharusnya bukan hanya … melainkan juga.


0 komentar:

Posting Komentar





Mau buat buku tamu ini ?
Klik di sini
Flaming Pointer

Clock

Visitor

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.